Manfaat Kaudawa untuk Orang Buton: dari Masker Hingga Bikin Waras Orang Mabo


Jujur, ini pengalaman kelam saya ketika bersinggungan dengan air terlarang (konau dan sejenisnya). Di tengah malam yang fly, di bawah jelah rembulan, botol minuman itu perlahan memutar pelan. Beberapa teman mulai tepar, tak sadarkan diri. Termasuk, sebut saja namanya La Karibo, lelaki yang baru saja melaunching motor kreditnya dari dealer. Ini pesta kecil, berhubung besok ia akan memulai pekerjaan baru sebagai tukang ojek.

"Sayang, suuuuuudah masak mi k?" tutur La Karibo dengan suara patah-patah. 


Maklum, konau sudah merampas separuh kesadarannya.


"Kenapa ko teriak-teriak tengah malam begini k?" seorang perempuan keluar dari dalam rumah dengan panci kecil di tangannya. Matanya nyalang menatap kami semua. Serupa malaikat yang ingin mencabut nyawa.   


"Adddoooooooh...jangan mi ko cerewet, cepat mi ko siapkan itu kaudawa." 


Istri La Karibo mendekati lingkaran kami yang berpesta miras. Berjalan pelan-pelan sembari menyeimbangkan panci panas yang baru saja diangkat berasap-asap dari kompor. 


Dengan tenaga yang tersisa, La Karibo menyambut. Namun nahas, karena matanya kurang mawas, pikirannya belum waras, panci panas itu coba dipegang dengan tangan kosong. Sontak saja, La Karibo yang tak mewarisi sanad ilmu Limbad, meraung-raung kepanasan. Panci panas terbang mengguyur sekujur tubuhnya. 


"Panas...panas...panas." La Karibo tunai mendapat siksa dunia. 


Bukannya panik dan menolong, istri La Karibo malah mencibir,"Siy santa, siy gola!". Yang artinya mungkin dalam KBBI: Terlalu banyak minum konau, seorang suami disiram air kaudawa panas-panas.


Sejak peristiwa malam itu, saya mengakui satu manfaat Kaudawa. Apalagi kalau bukan menghilangkan mabo La Karibo. Believe it or not, tapi sayur legendaris orang Buton itu, benar-benar membuat mabo (baca: mabuk) kami hilang sedikit-sedikit. Sedikit waras. Ini sudah menjadi rahasia umum di kancah para peminum.

 

Eh, tunggu dulu. Sebelumnya, saya harus memperkenalkan apa itu kaudawa. Bangsa Indonesia mengenalnya dengan sebutan kelor. Bahasa ilmiahnya Moringa Oleifera. Jangan anggap sepele sayur ini. Selain sebagai pelengkap makanan sehari-hari, kelor sangat mangkus untuk pencegahan dan penyembuhan penyakit. 


Medical News Today melaporkan, kaudawa mengandung senyawa yang bersifat antijamur, antivirus, antidepresan, serta anti-inflamasi. Daun kelor juga merupakan sumber protein, vitamin, dan mineral yang cukup tinggi. Daun kelor mengandung vitamin A, (tiamin), (riboflavin), (niacin), semuanya itu ada di dalam kandungan vitamin B, serta vitamin C. Kelor juga memiliki kandungan penting lainnya seperti kalsium, kalium, zat besi, magnesium, fosfor, seng, serta rendah kalori. Semua senyawa tersebut sangat diperlukan bagi kesehatan tubuh. 


Catat memang, ini manfaat kaudawa yang berhasil saya rangkum setelah bermeditasi di depan laptop satu malam:


1. Menurunkan berat badan

2. Menghilangkan flek hitam

3. Baik untuk ibu menyusui

4. Meningkatkan kesehatan mata

5. Mencegah kanker

6. Menurunkan risiko penyakit ginjal

7. Memperlambat penuaan dini

8. Mengobati rematik

9. Memelihara kesehatan jantung

10. Mengatasi diabetes

11. Melancarkan kesehatan pencernaan

12. Mengurangi peradangan

13. Melindungi tubuh dari bakteri

14. Menyehatkan kulit

15. Menurunkan tekanan darah tinggi

16. Mengatasi stres

17. Meningkatkan kinerja otak

18. Menurunkan kolesterol

19. Mencegah anemia

20. Menjaga kesehatan otot

21. Mencegah kerusakan hati

22. Menjaga kepadatan dan kekuatan tulang


Masih belum yakin, Bosku? Ini saya tambahkan lagi manfaatnya. Daun kelor secara sistemik bisa menyehatkan bagian tubuh yang lain: lambung misalnya. Mengingatkan saya pada masa-masa kelam kos-kosan di Makassar, Kendari, mungkin juga Baubau. Daun kelorlah penolong hakiki guna mengganjal perut di saat-saat genting tanggal tua. Kaudawa dicampur indomie satu bungkus, diguyur air satu timba, bisa disantap oleh empat sampai lima mahasiswa. 


Selain kesehatan tubuh, kelor juga menjamin kesehatan dompet!


Tak sampai di situ, kaudawa juga berkhasiat untuk kecantikan kulit dan rambut. Daun ini mengandung protein dan vitamin C yang dapat melindungi sel-sel kulit dari kerusakan. Bahkan, daun kelor mujarab menjaga kesehatan dan kekuatan rambut. Anda pun bisa menjadikan daun kelor sebagai masker. Yang saya sebut terakhir, sudah saya dengar dan alami sendiri. 


Suatu sore, teman perempuan saya pakai masker kelor. Khasiatnya langsung terlihat tengah malam. Saya hampir pingsan menatap wajahnya pas mati lampu. Kayak setan, sumpah! Soalnya, di suasana gelap-gelapan, wajah kami tiba-tiba bertemu pandang. "Setaaaaan!" Kami sama-sama kaget. Saya kaget lihat mukanya pakai masker, dia kaget lihat mukaku yang tidak pakai masker. Sama-sama mirip setan mungkin. Hahahaha!


Di Creative Space (CS) Baubau, ada Pojok Kelor yang piawai racik kaudawa ini. Kaudawa yang biasa dimakan kambing di samping rumah, bisa disulap jadi kuliner khas yang enak. Seperti es cendol kelor dan mi ayam kelor yang laris itu. Hati-hati, tulisan ini mengandung endorst dan radiasi iklan. 


Eh iya, hampir lupa. Waktu tubuh saya masih dalam proses ganti kulit, biasanya saya menggunakan kelor sebagai obat pertolongan pertama saat kecelakaan. Kecelakaan main bola. Daun-daun kelor itu saya lumat dalam tempurung kelapa pakai batu laompo (kerikil). Terus saya campurkan air ludah. Ngala-ngala lebih manjur. Setelah kalis, saya oleskan ke area yang terluka. Ajaib, setelah diolesi, saya langsung bugar main bola lagi. Saya tidak mengerti apakah itu manfaat kaudawa, ngala-ngala, atau sugesti yang lahir dari dalam diri. Yang pasti, batang kelor juga difungsikan oleh bapak saya saban Magrib: "Mana itu La Herman? Da belum mandi itu anak. Bawa dia ke sini, biar sa pukul betisnya pake ini kelor."  


Sebenarnya, masih banyak yang ingin saya jabarkan terkait manfaat Kaudawa. Terutama dalam dunia mistis karena kelor juga ampuh menghilangkan ilmu kebal dan guna-guna (Black Magic). Tapi tulisan ini sudah terlampau panjang. Saya cukupkan di sini saja. Pesan saya terakhir untuk orang Buton: nikmat kelor mana lagi yang kamu dustakan?


Penulis: Suherman


Editor: La Anto


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages