Banyak yang mengira–saya dulu salah satunya–Eiger adalah produk luar negeri. Ternyata keliru, Esmeralda. Eiger produk anak negeri! Berdiri dari tahun 1989.
Pada awalnya, tahun 1979 perusahaan ini mengembangkan perusahaan dengan brand: Exsport. Dan sepuluh tahun kemudian Eiger baru berdiri. Konsep awal dari Eiger ini, seperti kata COO Eiger Christian Hartanto Sasono, sebetulnya fokus pada petualangan. Kini, difokuskan pada petualangan di area tropis. Selain menarget pasar generasi milenial.
Kantor dan pabrik Eiger berlokasi di Jalan Raya Terusan Kopo, Kabupaten Bandung. Produk Eiger didirikan Ronny Lukito pada tahun 1979 di bawah naungan PT Eigerindo Multi Produk Industri. Lokasinya, masih tetap sampai sekarang.
Mulanya, Ronny sang pendiri, melakukan kegiatan produksi di atas lahan seluas 60 meter persegi. Bermodalkan dua buah mesin jahit. Bahkan diawali dari industri rumahan. Tas merek Exsport merupakan produk pertamanya. Kemudian muncul Eiger di tahun 1989, dan terakhir merek Bodypack. Brand yang disebut terakhir, kini laris manis di pasaran. Utamanya, ransel, jaket, tas, rompi, topi, dan kaos.
Tapi, tahukah Anda asal nama dari Eiger? Eiger berasal dari nama gunung di Swiss. Termasuk 1 dari 3 gunung di dunia yang tersulit didaki. Lebih dari itu, sebutan Eiger oleh pendirinya diambil dari 5 huruf awal yang menjadi prinsip, nilai, dan semangat perusahaan.
Begini uraiannya: E.I.G.E.R. "E" yang pertama itu adalah education berarti tentang pendidikan. "I" inspiration tentang inspirasi. "G" itu green life (kehidupan yang hijau). "E" nya adalah experiential (transformasi pengalaman), dan "R" adalah responsibility atau tentang tanggung jawab.
Semangat "5 EIGER" ini yang menjadi dasar Eiger untuk bagaimana seluruh staf dan karyawan bertingkah laku. Bagaimana melakukan proses produksi; dan bagaimana ambil andil dalam petualangan di Indonesia. Inilah etika bisnis yang menjadi kunci Eieger dapat bertahan lebih dari 40 tahun.
Ahli manajemen Charles W. L. Hill dan Gareth R Jones (2019), mengatakan etika bisnis adalah sebuah ajaran untuk membedakan benar dan salah, yang digunakan perusahaan untuk mengambil keputusan bisnis dan strategis yang melibatkan masalah moral.
Tujuan akhir dari etika bisnis tentu melibatkan keberlangsungan perusahaan. Dalam jangka pendek, perusahaan dengan etika yang baik akan mendapatkan nilai dan pandangan positif, sehingga lebih dianggap terpercaya.
Lima nilai (value) bisnis Eiger di atas, yang juga menjadikan hingga kini mereka telah memiliki 232 lokasi toko atau outlet. Ditambah dengan 100-an lokasi yang milik authorize reseller. Jadi, itu tidak dikelola oleh secara langsung, tapi dengan partner. Sehingga, totalnya ada sekitar 332 lokasi. Bukan main.
Tak cukup sampai di situ, beberapa toko Eiger yang cukup besar, masuk kategori flagship store (toko yang menjual produk unggulan). Misalnya, di Bandung ada flagship store di jalan Sumatera, Cihampelas, dan Jatinangor. Terus, ada juga di Makassar yang cukup besar, dan di Jakarta pun ada. Ke depan, mereka akan dirikan flagship store yang arahnya lebih ke experiential store.
Ngomong-ngomong soal Bandung. Saat menulis ini, seorang kawan, tiba-tiba mengirim pesan, "Sudah dengar lagu dari penyanyi asal Bandung Nadin Amizah?".
"Belum," jawabku.
"Wah, telat bro. Lagi viral tuh di twitter." Lalu, saya bergegas mengecek ke kanal musik Joox. Dan menemukan lagu penyanyi berusia 20 tahun ini: "Bertaut", "Sorai", dan "Selaras" yang duet dengan Kunto Aji itu, sedang duduk manis di top trending. Lagunya, enak dan unik; itu sekilas pikiran dari saya yang awam musik ini. Inovatif, gudang talenta, resiliensi, ekosistem pemenang, dan selalu menghadirkan harapan, itulah Bandung.
Bandung memang juara!
Penulis: Erwin Usman
Sumber Bacaan: Dian Rosadi, Eko Nugroho, Ramadhian Fadillah, "Eiger: Kami Lebih Mahal Tapi Punya Nilai Lebih." (merdeka.com)
Sumber gambar: www.centrepoint.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar