***
Pekan lalu, salah satu kampus di Kota Baubau dibuat heboh dengan cerita adik berkerudung merah. Pasalnya, ia muncul di saat hari mulai gelap dan bertanya jalan keluar kepada orang yang masih melanjutkan kerja hingga sore kala itu.
Tentu ini agak ganjil. Pasalnya, hari mulai gelap ditambah kuliah kan sekarang online. Gedung kampus tak begitu luas yang tentu tidak sulit menemukan pintu keluar. Seorang gadis berjilbab merah, berbaju putih, dan berparas manis itu bertanya kepada seorang staf tata usaha dan seorang dosen: “Kak, di mana jalan keluar ya?”
Pada awalnya semua berjalan biasa. Lazimnya respon yang diberikan kepada siapa yang bertanya. Namun selang beberapa detik, dua orang ini tersadar. Siapa gerangan yang bertanya tadi? Sigap mereka mencari tahu. Kondisi kampus kosong melompong. Pada beberapa lorong dan ruangan, lampu masih tetap padam. Mereka berusaha menyusul di lantai lainnya, kondisi tetap kosong. Sontak, mereka bertanya ke satpam yang jaga sore itu. Kata satpam, tak ada seorang pun yang turun dari atas, atau pun lewat depan pos keamanan yang tepat bersisian dengan gerbang itu.
Lalu siapa gerangan adik berkerudung merah yang bertanya jalan keluar tadi? Selidik demi selidik, tak juga ada yang mengaku melihat. Apatah lagi kenal dengan ciri-ciri si adik berkerudung merah tadi. Mulailah setiap inci cerita misteri terkuak. Bukan saja si adik ini, namun momen-momen tertentu yang misterius juga pernah dialami. Memang, cerita misteri seperti ini selalu menarik diulang-ulang. Ekspresinya selalu berbeda dalam menanggapinya.
***
Nampaknya kampus dan cerita misteri, selalu berjalan bersisian selayaknya rel kereta api. Meski tak saling bertemu secara nyata, namun cerita misteri dan kampus selalu menjadi cerita yang turun temurun diwariskan kepada setiap generasi. Dari cerita seperti itu, saya kemudian mulai menelusuri beragam cerita misteri di berbagai kampus khususnya di Baubau. Sepertinya, cerita misteri ini seringkali menjadi salah satu daftar isi pengalaman mahasiswa ketika berkuliah.
Ada yang mengatakan bahwa kuliah di perguruan tinggi tidak saja akan bertemu dengan teman-teman baru, namun sudah pasti sepaket dengan cerita misteri tentang kampus dan beberapa tempat di wilayah kampus. Namun, saya sendiri belum pernah bertemu tatap secara langsung dengan sosok dalam cerita misteri ini. Atau barangkali saya nya yang kurang peka untuk merasakan kehadiran sosok yang selalu digambarkan sebagai makhluk halus nan lembut itu?
Pada beberapa cerita yang saya coba telusuri juga, ada yang bercerita tentang segerombolan “anak-anak” yang senang bermain pada jam-jam tertentu di beberapa ruangan kampus. Ada juga yang bercerita tentang sosok seorang gadis, berambut panjang, tak banyak bicara. Hanya saja yang sering muncul, sosok nenek tua, kuda kereta kencana, atau suara-suara misterius dari dalam kelas dan banyak lagi. Kampus di Kota Baubau memang hanya bilangan belasan saja, namun tiap-tiap kampus punya cerita misteri sendiri-sendiri.
Pengalaman lucu juga ketika berhadapan dengan fenomena kesurupan. Dari beberapa yang pernah saya temui, lebih banyak lucunya ketimbang menyeramkan. Model kesurupan pun beragam. Mulai dari yang menggeliat tidak jelas, mengambil jurus silat, menari dan bernyanyi, berdiam diri, komat kamit sendiri, sampai pernah ada yang bergaya layaknya penyihir di film-film dengan tatapan mata yang tajam dan kosong tapi cepat sadar ketika pacarnya datang dan memanggil namanya dengan lembut: "Bangun, Sayang...bangun!"
Ahh…kesurupan kadang-kadang juga lebih mirip seperti orang yang sedang “mencari perhatian”.
Tapi perihal cerita misteri ini memang unik. Selalu bisa menjadi pengingat bagi sebuah kampus. Coba saja googling dengan kata kunci cerita hantu di kampus, pasti akan ketemu beragam cerita tentang ini yang jadi warisan turun temurun. Paling populer belakang ini mungkin adalah cerita tentang KKN Desa Penari, atau Dosen Goib yang sempat mengajar di kelas.
Fenomena seperti ini wajar saja terjadi sih. Wilayah kampus yang cukup luas tentu mengundang makhluk lain untuk menuntut ilmu. Eh…maksudnya ikut bersemayam pada gedung perguruan tinggi. Boleh jadi beberapa dari mereka bahkan sudah sempat mengikuti prosesi wisuda, namun apakah mereka bisa disebut sarjana juga ya?
Kembali ke sosok gadis berkerudung merah tadi. Kata orang yang melihatnya langsung serta sempat berinteraksi (ciyeee…ciye), perempuan itu adalah gadis yang cantik! Ini menarik dan tentu perlu dicari tahu segera. Apalagi katanya bagus kalau bertemu seperti itu, segera dipegangi atau sekalian dipeluk saja dan nanti akan berubah menjadi sesuatu misal batu permata, keris, atau gelang yang bisa dijadikan sebagai ajimat.
Tapi dalam pikir sederhana saya, sosok itu harus dipeluk untuk bisa mendapatkan jimat, adalah modus saja. Karena memeluk itu juga adalah jimat. Bagi yang kesepian sih. Uhukk…
Bagaimana, mau ikut “menunggui” si berkerudung merah?.
Penulis: Mas Arya
Ilustrasi gambar: Mnews
Tidak minat
BalasHapusWaaahh.... saya suka pakai kerudung merah
BalasHapusDan saya juga berkuliah di baubau.. 😆
BalasHapusDan saya juga berkuliah di baubau.. 😆
BalasHapusWaaahh.... saya suka pakai kerudung merah
BalasHapus