Tapi kaget bukan kepalang, ketika hal yang menjadikan kata 'Nussa' yang tidak lain adalah karakter utama dari serial animasi tersebut menjadi trending di twitter, bukanlah dari hal yang saya gambarkan sebelumnya. Tokoh utama Nussa menjadi viral karena pakaian yang dipakainya diserang oleh buzzer-buzzer islamophobic. Mereka mengatakan bahwa pakaian karakter tersebut tidak mencerminkan identitas bangsa. Bahkan ada yang men-twit bahwa inilah animasi cikal bakal golongan radikal. Astaghfirullah…begitu buruknya pandangan ini.
Jika seandainya buzzer-buzzer tersebut dan si Denny Siregar pernah menonton serial animasi ini, saya hanya ingin bertanya, apa sih yang radikal dari animasi yang mengajarkan anak untuk membiasakan berdoa sebelum makan, tidur, dan aktivitas lainnya? Apalagi tokoh Nussa adalah seorang difabel yang menggunakan kaki palsu tapi jago bermain sepak bola. Bukankah ini sosok inspiratif yang diidamkan banyak orang bahkan bukan hanya di kalangan anak-anak saja?
Lebih mulianya, di serial animasi tersebut Nussa dan Rara sangat menghormati orang tua bahkan orang lain sekalipun. Bukankah ini masalah utama anak-anak yang tumbuh di zaman tik-tok ini? Kurangnya respect dan empati kepada teman sebaya apalagi rasa hormat terhadap orang yang lebih tua. Dan masalah moral ini terjadi di seluruh penjuru bangsa ini, tidak terkecuali di daerah saya.
Lebih jauh, jika dari bacotan si Denny Siregar mengatakan bahwa pakaian yang dipakai Nussa adalah pakaian ala gurun pasir, saya bisa pastikan pelajaran sejarah dari manusia satu ini mendapatkan nilai merah sewaktu sekolah dulu. Untuk pengetahuan buat dia, saya bisa contohkan hal itu bahkan dari sejarah daerah asal saya, yaitu Kesultanan Buton.
Sejak dahulu bahkan hingga sekarang, yang telah saya lihat, dengar, dan baca dari literasi-literasi sejarah di kampung halaman saya, tidak ada satu pun perangkat masjid hingga sultan-sultan, golongan bangsawan, atau pun bukan bangsawan di tanah Buton ini yang sarungan ala anak milenial. Apalagi memakai celana panjang hingga melewati mata kaki yang sekarang telah menjadi identitas anak muda generasi medsos.
Pakaian kebesaran yang dikenakan oleh bangsawan atau bukan bangsawan di tanah Buton hampir mirip dengan pakaian yang dikenakan oleh Nussa yaitu Pakaian Balahadada, dan ciri utama dari pakaian ini adalah gamis atau jubah panjang yang menutupi hampir seluruh tubuh sang empunya. Walaupun memang bersarung dari dalam, dan dilengkapi ikat pinggang dan keris tapi pada dasarnya visual yang terlihat persis seperti pakaian yang dipakai oleh orang gurun pasir (baca Muslim Arab), yang dimaksudkan si Denny Siregar. Dan pakaian versi Nussa adalah pakaian versi santainya. Kalau kata kami orang buton bhaju sa-saeo.
Masih ada lagi pakaian dari negeri kami ini yang mirip dengan pakaian-pakaian seperti itu. Ajo Tandaki dan Pakeana Syara. Uniknya, ajo tandaki ini adalah baju adat yang biasa dipakai oleh anak-anak dengan jubah sampai di lutut, lengkap dengan peci dari kain atau surban yang diikat dikepala. Nussa banget bukan.
Saya kira, dari apa yang saya bahas barusan tidak ada celah untuk mengatakan bahwa pakaian Nussa bukanlah identitas bangsa. Dari segi fungsi dan etika sangat selaras dan sesuai dengan nilai yang ditetapkan oleh leluhur bangsa ini. Apa harus Nussa memakai baju partai dan sarungan baru dikatakan nasionalis? Hadddeehh.
Justru narasi-narasi seperti Denny Siregar inilah yang dapat memecah belah bangsa kita. Hanya karena kurangnya literasi dia tentang nilai dan sejarah bangsa ini. Mengapa kita selalu menstigmatisasi hal-hal yang sudah jelas kebaikannya. Cuma karena orang yang terlibat di balik pembuatan serial animasi ini adalah orang yang tidak disukai. Bukan berarti karya elegan yang ditampilkan seluruh tim pembuatnya merupakan pola pikir satu orang tersebut. Apalagi ini adalah serial animasi karya anak bangsa yang mendunia.
Jika memang serial animasi Nussa dan Rara tidak diinginkan menjadi identitas bangsa ini, izinkan kami orang Buton jadikan sebagai identitas kami.
Penulis : Ade Nyong
Ketgam: reyneraea.com
Masyaa Allah , terimakasih Saudara ku Adn Al bathniy atas penjelasannya
BalasHapus