Ini 10 Permainan Tradisional Buton yang Bikin Nostalgia

Pada bagian satu tulisan ini, saya coba mengkaitkannya dengan sumber depresi anak remaja utamanya pada masa pandemi covid 19. Depresi ini bukan hal mudah sih, karena kelelahan mental itu lebih berisiko ketimbang kelelahan fisik. Apalagi soal lelah hati yang 'tak kau lihat, andai saja, dapat kau rasakan letihnya jiwaku karena sifatmuini lagunya Ungu! Kok bisa sampai sini?


Bagian satu tulisan ini: 20 Permainan Tradisional Buton, yang Bikin Bahagia dan Kurangi Depresi


Untuk bagian dua kali ini, saya coba melihat manfaat psikologis dan fisik dari permainan tradisional di Buton. Mungkin juga bikin kamu terancam bernostalgia. Hanya saja, setelah menelusuri ragam permainan di masa lalu, kok saya semakin sulit menemukan titik akhir dari jumlah permainan ini. Saking banyaknya, saya pikir yang sezaman dengan saya mungkin menghabiskan 85 persen waktunya dalam sehari, terkuras di rutinitas bermain, 10 persen tidur dan 5 persennya pergi sekolah.


Kalau zaman sekarang kan, permainan lebih banyak berhubungan dengan aplikasi yang ditanam di gadget. Jenis permainan modern ini menguasai hampir seluruh arena bermain. Tentu kita dapat dengan mudah memerhatikannya. Tapi jika harus membandingkan manfaatnya dengan permainan tradisional, memang tidaklah apple to apple sih. Karena permainan kan soal cita rasa bukan Raisa, eeh!


Hanya saja, permainan tradisional tidak menuntut harus menyediakan gadget canggih. Cukup plester, obat merah atau daun komba-komba. Karena risiko utama permainan ini adalah luka menganga pada lutut dan siku karena tojoro atau di-dingku dengan kecepatan tinggi sama lawan main. Oke…ini dia sepuluh permainan tradisional lainnya. Tabe’


1. Ban-ban


Murah meriah adalah konsep permaianan ini. Biasanya kita akan berjalan dari bengkel ke bengkel untuk “minta” ban bekasnya. Lalu dibuatlah alat pendorongnya, dari kayu sepanjang siku dengan ujung dilekatkan potongan tempat sabun. Cara kerjanya semacam wadah bagi ban ketika didorong agar bisa stabil dan mampu melesat kencang. Dalam permainan ini, sering kali kita merasa sedang membawa motor, atau ala-ala pembalap motor GP. Hanya saja, kadang hosa juga karena mendorong ban dengan manual itu.


2. Kasede-sede’


Biasanya permainan ini paling favorit bagi anak perempuan. Cara kerjanya seperti kita habis injak tahi ayam. Hanya menggunakan satu kaki pada bidak yang digambar di tanah. Tiap periode putaran sede’ yang diselesaikan, maka si pemain akan mendapatkan keistimewaan untuk mendapatkan “rumah”nya. Pemain lawan tidak boleh lewat situ. Istilah yang paling saya ingat adalah kata “tani…tani…matiii….ko injak garis ee.”


3. Lompat Karet


Nah permainan ini juga lebih akrab ke anak perempuan. Tapi kadang ada juga sih anak laki-laki yang main. Materi paling penting dalam permainan ini adalah kemampuan melompat. Kadang dengan ekspresi yang juga dibuat-buat biar heboh. Tapi, seringkali permainan ini mendapat protes dari ibu-ibu, karena cara mainnya yang harus bengkala (membuka kaki selebar-lebarnya), yang bagi anak perempuan itu pemali. Tapi namanya anak-anak, larangan juga adalah suruhan sih.


4. Ular Naga 


Permainan ini sederhana sih. Ada dua orang yang jaga, membentuk semacam terowongan yang bakal dilewati oleh deretan pemain yang berjejer seperti kerata api. Nah, saya ingat sekali nyanyian dalam permainan ini. “Ular naga panjangnya, bukan kepalang-menjalar-jalar selalu kian kemari, umpan yang lezat itulah yang dicari, inilah dia yang terbelakang-hupp." Yeee, selamat bernostalgia. Anda pasti sudah tua.


5. Tumbu-Tumbu Belanga


Permainan ini mudah dilakukan. Cukup berbekal tangan yang  digenggam saja sih. Lalu disusun, sesuai dengan jumlah pemain yang ada. Terus, mulailah bernyanyi satu orang “tumbu tumbu belanga, belanga minya rom, rom caka lele, tom tom tom, sembarang buka satu, buka satu di bawah”. Begitulah sampai semua genggaman terbuka, lalu permainan mulai baru lagi. Sudah lihat manfaatnya permainan ini? Anda luar biasa, Bosku!


6. Lima Dasar Pancasila


Permainan ini membutuhkan wawasan yang kuat, kemampuan menonton iklan tivi dan menghafalkannya sangat dibutuhkan. Lima dasar pancasila ini semacam hompimpa. Setiap pemain akan menyodorkan jumlah jarinya ketika diberi aba-aba. Jumlah jari yang terbuka saat itu, dihitung mengikuti abjad huruf latin. Lalu, huruf terakhir akan digunakan sebagai clue (petunjuk) untuk menebak sesuatu. Bisa nama buah, nama artis, nama iklan, nama merek, nama toko, dan lain sebagainya. Makanya pada permainan ini kamu harus punya perbendaharaan piknik yang banyak.


7. Balon-Balon


Jika saat ini main balon-balon yang ditiup itu sudah canggih, bahkan ada yang sudah pakai mesin. Dahulu, yakinlah bahwa kami membuatnya sendiri. Dengan berbekal sabun cuci mama yang kami ambil kadang tanpa permisi. Biasanya, agar sabun itu punya kemampuan untuk membuat balon tahan lama, kami mencampurnya dengan air tumbukan daun bunga sepatu (entah masih ada tidak bunga ini yaa?). Terus, dengan bekal lidi, kami buat bulatan. Sebagai sarana untuk membuat balon-balon. Sungguh menyenangkan jika sekali celup balonnya banyak yang jadi. Tapi jangan sering-sering main ini. Saat itu, sabun masih mahal ces…Mereknya wings biru.


8. Busa Sabun


Permainan satu ini mirip dengan membuat balon-balon sebelumnya. Hanya saja, sabun ini kami kocok dengan alat dari lidi yang ujungnya diikatkan karet. Katanya sih biar sabun bercampur air yang kita kocok, agar cepat menjadi kalis/padat. Untuk membantu membuat busa, biasanya kami pakai sedotan kecil. Konon, jika kita mampu mengocok busa sabun ini hingga kalis betul, maka akan jadi sabun kembali esok harinya. Tuh kan, ini permainan apa sih? Sudah bagus jadi sabun. kita campur air. Dikocok sampai padat, lalu jadi sabun lagi. Kalau kata Patrick, ini adalah cara menghabiskan waktu yang sungguh mengagumkan?.


9. Kapampa-mpa


Kalau mau belajar jadi sniper, permainan ini layak dicoba tekuni. Permainan ini menggunakan bambu, yang dibuat seperti moncong senapan. Terus dibantu dengan bambu yang dibuat sebagai penyodok. Nantinya, kertas basah digunakan sebagai peluru. Dinamakan kapampa-mpa karena cara kerjanya yaa…kayak orang main bilyard. Terus nanti ada bunyinya juga “mpa”, begitu kira-kira. Uniknya lagi, permainan yang menggunakan kertas sebagai peluru ini disyaratkan harus basah. Biasanya kami rendam kertas koran di ember lalu digunakan. Jika tidak sempat, biasanya kami rendam dalam mulut sih pakai air ludah. Ehh…


10. Pate’-Pate & Kabote-bote


Kalau dua permainan ini cukup berbahaya. Kalau pate-pate dibuat dari kayu kancanga (kayu yang berbetuk huruf Y). Permainan pate-pate biasanya digunakan untuk pate burung atau kadang juga pate teman yang kajili-jili sih. Dan, bote-bote ini semacam peledak atau petasan dengan kearifan lokal. Dibuat dari busi rusak yang dimodifikasi bagian ujungnya. Nantinya, bagian ujung tersebut akan diisi serpihan kepala korek api. Terus dilemparkan ke jalan. Terus akan meledak. Kalau kami itu hari, bilang “kobote”! Makanya namanya itu. Permainan ini juga yang sering jadi selisih runcing anak dan bapak. Karena dalam hitungan lima kali kobote, satu kotak korek api bapak habis ludes tak bersisa.


Permainan tradisional lainnya masih banyak. Yang saya tuliskan di sini hanya sebagiannya. Kalau memang ada yang ingin melanjutkan tulisan ini, boleh saja. Silakan ungkap beragam permainan tradisional di masa kamu. Apa pentingnya dari semua ini?.


Yaaa mari kita gangia sama-sama…


Ket: gangia ini artinya mencari dengan cara berkeliling ke sekitar.


Penulis: Mas_Arya

Sumber gambar: Merdeka.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pages