Jangan Lupa Klakson Tiga Kali! Ini Cerita Mistis di Air Jatuh

Sebagai masyarakat Baubau, apa yang pertama kali hadir di benakmu ketika mendengar Permandian Tirta Rimba atau Air jatuh?

Pasti air terjunnya yang bagus, toh. Cocok dijadikan tempat foto untuk ganti foto profil Facebook. Airnya yang dingin, jagung rebusnya yang nikmat dan pemandangan yang memanjakan mata. Cocok sekali dinikmati siang hari, apalagi ketika cuaca sedang panas. 


Air Jatuh atau Permandian Tirta Rimba merupakan salah satu tempat wisata terkenal di kota Baubau. Lokasinya berada di Kecamatan Kokalukuna, Waruruma. Dari jalan raya, air terjunnya sudah bisa terlihat. Namun bagian yang menjadi permandian utama berjarak sekitar 200 meter dari jalan raya. Jadi harus menelusuri hutan lagi. Tapi Jangan khawatir, bisa ji diakses pakai motor atau mobil. Cuman yaa! Maklumi saja kondisi jalannya. Biasanya, permandian ini akan ramai dikunjungi awal-awal Januari hingga akhir musim penghujan. Karena pada bulan itu airnya mengalir deras.


Selain terkenal dengan pemandangan air terjunnya yang bagus, keren dan bertingkat-tingkat, Air Jatuh juga terkenal dengan 'cerita horornya'. Wih horor? Bukan rahasia lagi, kalau Air Jatuh memang tempat yang angker bagi beberapa orang Baubau. Kawasannya yang menjadi hutan lindung, penuh dengan pohon-pohon tua, menambah kesan horor wilayah itu.


Kalau lewat siang hari, tidak ada masalah. Adem ayem ji. Tapi coba ko lewat pas jam-jam 10 malam. Baru ko sendiri yang lewat pake motor yang lampunya sudah mau sekarat. Beuh! Saya yakin ko rengkugemetar. Apalagi saat malam, lampu jalannya kadang mati kadang hidup. Hiiiii, ngeri!


Tetanggaku pernah lihat sendiri karena kebetulan matanya tembus atau istilahnya punya indra ke enam. Malam itu, tetanggaku baru pulang dari kota. Setelah melewati Bukit Kolema (yang ada tulisan BAU-BAUnya) perasaannya sudah tidak enak. Dia merasa seperti ada yang memanggil dari atas. Awalnya dia masih tenang dan berusaha tidak peduli. Tapi ketika hendak melewati jembatannya, kakinya tambah rengku. Panggilan dari atas semakin keras. Penasarannya juga semakin tinggi. Semilir angin dingin yang mengelus tengkuk belakangnya, menandaskan satu perasaan aneh. Kepalanya pelan menoleh ke atas. Deg, hampir saja ia tersungkur jatuh. Di atas kepalanya, mengawang penampakan beberapa setan. Ada yang panjang rambutnya, yang tidak ada kepalanya, yang hanya kepala saja, ada juga yang belum terlepas dari kain kafannya. Semuanya komplit di situ. Kayak reuni alumni SMA. Parahnya, semua setan itu menatap ke arahnya. Beberapa ada yang menyunggingkan senyum. Hii!


Mau teriak, siapa juga yang mau tolong? Sepinya! Akhirnya, tetanggaku lafadzkan ayat kursi. Kurang dihafal memang. Tapi mau mi diapa, kasian! Dalam kondisi seperti itu, ayat apa saja dibaca. Bahkan adzan sekalipun, gas full! "Allahu akbar...Allaaaaaaaaahu Akbar," begitu kumandangnya. Mau ajak gerombolan setan, shalat berjamaah mungkin. 


Karena cerita seperti ini, ketika masuk SMA, para sepupuku beri saya bekal pertahanan hidup. Katanya, kalau pulang malam dan lewat di Air Jatuh, jangan lupa klakson tiga kali di bagian Jembatan dan Lingku Dua (tikungan setelah penjual jagung rebus). Katanya, itu sebagai bentuk salam pada penunggu pohon dan bale-bale supaya tidak diganggu. Barangkali juga dengan klakson itu, saya dibawakan jagung rebus mungkin? "Neng, jagung rebusnya, Neng. 200 Tusuk!" Wkwkwkw, ini jagung atau sate kah? Saya yang dulu awam dan penakut, yah ikut-ikut saja.


Karena cerita horor ini juga, banyak teman-temanku tidak mau main ke rumah kalau malam. Katanya takut lewat di Air Jatuh. Setiap ada yang tanya alamat dan saya jawab di Waruruma, respon yang muncul pasti, "Ihh jauhnya rumahmu! Ko tidak takut lewat air jatuh, kah? Apalagi malam."


Aduh bagaimana di? Takut itu, jelas mi! Tapi mau lewat di mana lagi kasian? Terbang? Naik naga? Ini bukan sinetron. Kan tidak lucu itu.


Bukan hanya setan dengan bentuk-bentuk di atas yang pernah dilihat. Tetanggaku yang lain juga pernah lihat tuyul, pocong, kuntilanak dan letingnya yang lain. Guru Agama SMP-ku juga pernah cerita kalau dia bertatapan langsung dengan setan perempuan yang matanya merah. Bayangkan, baku tatap ini e. Cie...cie...cie! Kalau sama do'i bisa menimbulkan chemistry, asmara cinta kopaka! Kalau sama setan? Mau baku tukar nomor WhatsApp k? Rengku ji yang timbul.


Awal mula ceritanya begini: Pak Guruku baru pulang dari rumah temannya di Kota. Awalnya beliau biasa saja. Karena memang selama ini tidak pernah melihat setan secara langsung. Tapi begitu sampai di depan pondok-pondok yang jual jagung rebus, beliau merasa seperti ada yang memanggil di sebelah kiri. Menolehlah beliau. Ah, tidak ada apa-apa. Tapi ketika Pak guruku memalingkan wajah ke arah depan, setan perempuan itu tepat di hadapannya. Di atas setir motor. Tidak ada badan, pundak, lutut, kaki, lutut, kaki, daun teelingaaaaaaaaa, mata hidung, pipi! Waduh, kok jadi menyanyi? Lanjut! Mahluk itu hanya punya kepala dengan mata merah melotot. Pak Guruku langsung rem mendadak karena kaget, tutup mata, baca ayat kursi dan beberapa ayat lain, setelah itu buka mata dan kembali jalan. Kata guruku, setannya sudah pergi. Yaa Allah, bisa setenang itu di'.


Ada lagi kisah dari tetanggaku tentang setan di air jatuh. Bedanya, setan ini tidak muncul tiba-tiba dari depan, atas atau kanan kiri, tapi dari belakang. Tepatnya itu pocong duduk di jok belakang motornya. Bayangkan, Pemirsa! Dia kira tetanggaku itu tukang ojek mungkin. Atau barangkali pocongnya mau boncengan kayak Dilan dan Milea. "Dulu kita masiiih remaja...." Terus tangan pocong mendekap dari belakang. Aih, saya lupa kalau pocong tangannya diikat.


Karena misteri horor di Air Jatuh itu juga, setiap orang tua yang lewat malam hari dan bonceng anaknya yang masih kecil, pasti disuruh tutup mata. Setiap yang ke Kota pasti disuruh pulang sebelum jam delapan malam. Kalau terpaksa pulang larut, jangan lupa klakson tiga kali plus ucapkan beberapa babata. Tapi, berlindung di balik doa dan ayat Al-Quran lebih mujarab. Percayalah! Pastikan juga ketika lewat jangan berpikir yang aneh-aneh dan jangan lupa baca doa keluar rumah.


Cerita terakhir yang saya dengar dari sepupuku, katanya ada yang pernah lihat pocong berdiri di tengah jalan Air Jatuh, tentunya malam hari. Orang yang mau lewat ragu sekaligus heran karena kakinya itu pocong berpijak di atas tanah, tidak melayang. Setelah didekati, eh, ternyata pocong jadi-jadian alias orang yang pake mukenahnya mamanya. Astagaa, Laumane! Mamamu setengah mati cari mukenah mau sholat, kau malah pergi takut-takuti orang.


Tentang cerita di atas, wallahu ‘alam benar atau tidak. Saya sendiri tidak pernah melihat dan tidak mau lihat, paling merinding ji.


Itu beberapa pengalaman tetanggaku ketika lewat di jalan raya Air Jatuh. Pengalamanmu bagaimana? Adakah makhluk yang kau lihat?


Jangan lupa Al-Kahfi, nah, manga sabangka.

Penulis: Ryn


2 komentar:

  1. Hampir semua warga kota baubau pasti pernah dengar cerita di atas, ngeri memang klau lewat pas malam, tapi alhamdulillah nda pernah dapat kejadian aneh, & semoga saja tidak akan pernah

    BalasHapus
  2. Iblis atau setan hanya bisa membisik manusia. Tidak bisa menyentuh manusia apalagi membunuh.

    BalasHapus

Pages