“Dodi hilang! Saya sudah mencarinya di setiap sudut rumah," kata seorang ibu kepada kami dengan suara bergetar. "Terakhir dia bermain di sini kan?”
Hari itu sedang hujan deras, kami singkat menjawab,”tadi katanya da mau pulang tante.”
“Tidak ada! Dia tidak di rumah, mana hujan deras ini,” sambung ibu tadi. “Tolong bantu cari.” Sang ibu semakin panik, ia mulai menangis.
Sigap kami ikut membantu meski hujan-hujanan. "Dodiii….dodiii," suara kami memanggil di tengah hujan. Mulai dari jalan, lorong samping rumah, lapangan, hingga belakang kandang ayam, tak juga ada tanda-tanda si dodi.
Kami sudah kuyup, lalu bertemu seorang nenek tetangga. Beliau bilang ke kami, “Tadi terakhir di mana si dodi?"
Kami menggeleng. "Tidak tahu.”
“Coba ke rumahnya, cari gumbang atau guci di sana. Lalu panggil namanya lewat itu, jangan sampai dia disembunyikan bibinte,” lanjut sang nenek.
Kami menurut saja. Selang setengah jam, Dodi akhirnya ditemukan. Oleh ibunya sendiri. Sedang terlelap dalam lemari pakaian. Di dalam rumah.
Memang bisa seorang anak disembunyikan oleh Bibinte?
Apa mungkin karena sudah memanggilnya lewat gumbang?
Makhluk apa ini Bibinte?
Baca juga cerita horor: Misteri Gadis Berkerudung Merah dan Kisah-kisah Horor di Kampus Baubau
***
Dua hari lalu, jagat twitter cukup heboh dengan kemunculan postingan hantu kuyang, penampakannya hanya kepala dan isi organ dalam. Mampu terbang dan biasanya menggangu anak-anak. Sebabnya dua foto yang diduga adalah hantu kuyang itu, dishare oleh akun @fikhaaa_cha dan mendapat tanggapan banyak netijen, mulai dari yang serius sampai yang menganggapnya hanya lucu-lucuan saja.
Hantu kuyang atau sebutan lainnya di berbagai daerah memang cukup populer. Apalagi katanya, jenis hantu ini tidak saja suka menganggu anak-anak, tapi juga melahapnya.
Soal ini lalu mengingatkan saya tentang Bibinte. Dalam masyarakat Buton, Bibinte ini digambarkan seperti perawakan tuyul. Ukuran tubuh seperti anak-anak, kepala pelontos, suka menculik anak-anak untuk dibawa ke dunianya, dengan menawarkan gula-gula.
Jika ada anak yang menerima pemberian si Bibinte, maka ia akan dibawa ke dunia si bibinte ini. Abrakadabra, hilanglah.
Bibinte ini biasanya tinggal di sela-sela pohon rindang. Senang bermain di bawah pohon pisang. Bersembunyi di bawah meja yang gelap. Atau mendiami rumah yang seringkali kosong.
Menyambung cerita yang lalu, katanya sih pernah ada cerita anak-anak yang hilang hingga berbilang hitungan bulan. Orang pintar, dukun original, dukun beranak, hingga tetua adat pun, dimintai tolong untuk menemukan anak tersebut. Tak berselang lama, anak itu akhirnya bisa dideteksi. Ditemukan. Namun bukannya hilang, tapi pergi karena iseng saja pergi meninggalkan rumah.
Tapi nyatakah? Pergi dari rumah karena iseng? Atau memang ia pergi dan kembali dengan ingatan yang telah terhapus sebagian? Mungkin lagu Geisha berjudul Hapuskalah Ingatanku itu, dibuat setelah disembunyikan Bibinte? Entahlah…
Lalu cara menemukan anak-anak yang disembunyikan, yakni dengan solusi menyadarkannya. Katanya sih, memanggil namanya lewat gumbang atau guci dari tanah liat dan berisi air. Itulah sebabnya, jika berkunjung ke rumah nenek, pasti ada gumbang airnya kan?
Hati-hati, jangan pernah mencoba memanggil nama orang sembarangan di situ.
Semasa kecil, Bibinte ini cukup populer untuk bisa menakut-nakuti anak-anak yang nakal dan suka keluyuran malam. Biasanya orang tua akan mengancamnya dengan ujaran: “awas nanti ko di sembunyikan Bibinte itu.” Begitulah. Namun ketika benar anaknya “hilang”, bisa dipastikan orang tua juga kan yang jadi repot?
Tapi namanya anak-anak, ancaman adalah juga ajakan yang dianggap sebagai tantangan. Semasa itu, katanya sih Bibinte bisa dipanggil atau kita bertemu dengannya. Bagaimana caranya? Teriak lewat gumbang? Jika ada yang penasaran, mungkin bisa dipraktikkan atau paling tidak ini bisa jadi konten youtube kalian. Lumayan kan, live bersama Bibinte. Asal satu hal yang perlu diingat, jangan ambil atau memakan apa pun yang ditawarkannya. Oke, Bosku?
Begini. Jadi medianya cukup dua saja. Pertama, gumbang kosong tak berair. Kedua, beberapa biji kacang ijo. Prosedur kerjanya: bawa gumbang tadi ke tempat yang gelap. Beberapa butir kacang ijo, diletakkan di telapak tangan sembari diusap-usapkan hingga terasa panas. Jangan lupa terus memanggil lirih nama Bibinte. "Bibinte...bibinte...bibinte." Begitu. Jika sudah tidak tahan sama rasa panas, lemparkan butir kacang ijo tadi ke gumbang. Lalu tengoklah ke dalamnya. Ingat, kondisi gumbang harus tetap dalam keadaan gelap.
Dicoba aja dulu yaaa, jika kamu percaya perihal Bibinte ini.
Nah, ada cara yang lain juga. Biasanya Bibinte ini suka bermain, mungkin karena perawakannya yang menyerupai anak-anak. Cara kedua ini bisa lebih sulit, karena butuh waktu dan kesabaran. Cukup sediakan baskom berisi air separoh. Lalu letakkan bola plastik kecil di atasnya. Bawa ke bawah pohon besar, atau pohon pisang di sekitar rumah. Duduk dan awasilah dengan sabar. Ketika bola di baskom mulai bergerak ke kiri dan kanan, atau timbul tenggelam, artinya Bibinte sudah datang.
Untuk menatapnya, kata nenek, lihatlah secara terbalik. Berdiri dan renggangkan kakimu sebahu, lalu tunduk dan pandanglah lewat sela kakimu ke arah baskom. Apa yang dilihat saat itu, jangan heran atau histeris yaa…!
Untuk menjadi tangguh, seringkali kita memang diharuskan untuk melampaui ketakutan kita. Bolehlah dicoba cara ini, bersama Bibinte.
Tapi ingat, jangan mengambil atau memakan apapun yang ditawarkannya.
Dan, selalulah cek bawah meja kamu, pastikan disitu tidak terlalu gelap yaa.
Met hang out bareng Bibinte. Jangan lupa pesankan ojek kalau dia mau pulang.
Penulis: Mas_Arya
Tidak ada komentar:
Posting Komentar